LANGIT Bangkalan, Madura, cerah. Secerah kinerja Gresik United (GU) yang Jumat (27/01/2012) sore itu menjamu sang capolista Grup 3 Persires Bali Devata.
Sore itu arek-arek GU berhasil membanting capolista Persires Bali Devata 3 – 1 (1-0). Inilah kemenangan perdana gemilang GU, dan inilah kekalahan pertama capolista (pemuncak klasemen sementara) Grup 3 Persires Bali Devata yang menyakitkan.
Sebelum melanjutkan catatan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena agak lambat menuliskannya karena terhalang masalah teknis, laptop kami ngadat. Mohon dimaklumi, penulis cuma pensiunan (Jawa Pos) yang bermodal semangat dan tekad thok alias Bonek.
Gemilang bagi kubu GU, karena tim ini terbentuk H-7 jelang Kompetisi Divisi Utama PT LPIS (Liga Prima Sportindo Indonesia) 2011-2012 dimulai. Bahkan hanya H-14 jelang laga perdananya kontra Persipro Bandowoso United (kalah 0-2).
Kemenangan telak 3 – 1 atas capolista Persires BD membuat wajah para petinggi GU berseri-seri. CEO GU Mohammad Ali Muchid SE MM, GM GU H Hadi Kusono, Manajer Umum GU Drs Sunyoto, Penasihat GU Drs Imam Supardi yang hadir di tribun VIP Stadion Gelora Bangkalan yang semula tegang akhirnya lega dan sumringah.
Bayangkan, sebelum laga dimulai posisi GU sangat underdog. Maklum, sang tamu Persires Bali Devata adalah pemuncak klasemen sementara Grup 3 Divisi Utama PT LPIS. Persires menang terus di 3 laga awalnya, mengemas poin absolut 9 poin). Sebaliknya, GU hanya peringkat 8 (masuk zona degradasi, baru mengemas 1 poin di 3 laga awalnya).
Di warung kopi halaman depan Stadion Gelora Bangkalan, pukul 15.30 Jumat (27/1), dua orang terlihat bertaruh. Yang seorang bilang, “Kalau GU menang, sampean saya kasih Rp 200 ribu. Kalau Persires yang menang, sampean cukup ngasih saya Rp 100 ribu.”
Teman yang diajak bertaruh pun langsung menyahut: “Oke!”
Maka, begitu hasil akhirnya 3-1 untuk kemenangan GU, maka orang yang pegang tim bawah (underdog GU) langsung mendapatkan Rp 200 ribu hanya dalam tempo 90 menit! Sang pemenang lantas cabut dari warung kopi, pergi entah ke mana dengan wajah sumringah.
* * * *
Ilustrasi nyata tersebut mengiringi kegemilangan arek-arek GU di Bangkalan. Orang Bangkalan pun ikut senang. Yang patut diacungi jempol adalah semangat tempur manajemen GU yang menyala-nyala. Mereka kompak mengiringi arek-arek GU ke mana pun bertanding.
Begitu banyak tantangan menghadang, namun mereka hadapi dan atasi bersama dengan kompak. Sekali layar terkembang, siap membelah gelombang!
Skuad GU dibentuk dadakan. Modal cekak. Gaji pemain hanya berkisar Rp 1,5 sampai Rp 3,5 juta. Pemain asing termahal gajinya hanya Rp 13,5 per bulan. Tidak boleh menggunakan Stadion Petrokimia Gresik (nggak jelas apa alasan manajemen PT Petrokimia) sebagai home ground. Pasukan GU terpaksa menggunakan stadion lain sebagai home ground. Semula Stadion Letjen. Soedirman Bojonegoro, sekarang pindah ke Stadion Gelora Bangkalan. Pontang-panting!
Di Bangkalan relatif lebih dekat dan stadionnya bagus. Kebetulan Bupati Bangkalan RKH Fuad Amin Spd adalah sahabat CEO GU H Mohammad Ali Muchid.
Home (laga) pertama di Bojonegoro, langsung mengarungi 2 laga away ke kandang Persemalra Tual dan Perseman Manokwari. “Kami harus membelanjakan Rp 200 juta untuk 2 laga away ini. Kami menginap di hotel paling murah di sana. Tapi tidak ada losmen, paling bawah hotel bintang 3. Tiket pesawat total Rp 150 juta,” kisah CEO GU Ali Muchid kepada sportjatim.com di tribun VIP Gelora Bangkalan, Jumat sore itu. “Sampai sekarang GU belum mendapat dana dari Konsorsium. Kami cari sendiri dananya sementara ini. Karena itu, saya harus meminta kucuran dana dari Konsorsium secepatnya,” lanjutnya.
Manajemen GU bersyukur karena seluruh pemain bisa menerima kondisi sederhana ini dengan sabar. Nrimo, kata orang Jawa. Pemain lokal maupun pemain asingnya.
* * * *
Di konferensi pers usai laga, pelatih Persires Bali Devata, Eduard Tjong, mengaku: “Tim kami sore ini tampil jeblok. Tiga laga awal di kandang mereka bermain bagus, tapi begitu ke luar kandang mereka bermain buruk.”
Sebenarnya bukan Eduard Tjong saja yang sport jantung. Para petinggi Gresik United pun sempat tegang dan khawatir di tribun VIP ketika pertandingan berlangsung.
Manajer Umum Drs Sunyoto berteriak-teriak sambil berdiri tiap kali melihat pemain GU berbuat salah. Terutama ketika melihat center back Arifin bermain emosional. Puncaknya ketika dia menarik kaos pemain Persires di kotak penalty dan berbuah penalty. “Olaopo Arifin ngono iku. Kacau, ngrusak permainan tim,” teriak Sunyoto.
Dari blunder besar Arifin inilah gol Persires lahir lewat penalty yang dieksekusi striker Alesandro Beccaria di menit 69.
Arifin wajib menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran berharga. Mengapa dia bermain emosional. Sangat sering protes wasit. Seolah mau tawuran saja. Akibatnya, Arifin kehilangan konsentrasi. Permainannya jelek. Seharusnya setelah GU unggul 1-0, dia bermain tenang dan taktis. Jangan dipermainkan emosi, tapi mainkanlah emosi lawan dengan cerdas.
“Inilah kelemahan Arifin,” kata CEO GU Ali Muchid. Sangat tepat jika pelatih Sasi Kirono menurunkan gelandang Yossi AP dan menugaskannya sebagai center back. Yossi bermain dingin dan taktis.
Seorang pemain GU lainnya yang di bawah form adalah gelandang Deni Mufid. Mobilitasnya rendah dan manja (suka jatuh dan berlama-lama jatuh).
Alhasil, mobilitas lini tengah GU rendah. Inilah yang membuat petinggi GU resah di tribun.
Bintang lapangan GU Jumat sore itu adalah Sylla Douda, pemain asal Guinea (Afrika) yang rajin sholat dan tepat waktu. Dialah playmaker yang menjadi motor serangan GU. Sylla menyumbang 2 gol, dan assist dialah yang melahirkan gol ke-3 lewat tendangan striker Agustin Mbom Elie.*

0 comments:

Post a Comment

 
Top