NAMA klub Gresik United FC (GU) bisa saja diubah menjadi Persegres. Selaras dengan nama badan legalnya PT Persegres Joko Samudro. Tapi waspadalah terhadap ancaman ‘demam amuba!’
CaTaTaN : Slamet Oerip Prihadi
Sebelum membahas lebih jauh, kami perlu menjelaskan tentang istilah demam amuba tersebut. Amuba adalah mahluk satu sel (sel tunggal) yang pembiakannya lewat pembelahan sel. Satu sel menjadi dua sel (individu) yang setara.
Perubahan nama klub adalah hak PT. Pihak PSSI juga mempersilakan kepada PT untuk memakai nama yang diinginkan. Contoh lama, nama klub Persijatim menjadi Solo FC setelah pindah home base ke Solo, kemudian berubah lagi menjadi Sriwijaya FC setelah pindah home base ke Palembang.
Ada lagi klub Galatama Niac Mitra era Bos A. Wenas (almarhum) berubah menjadi Mitra Surabaya setelah dihibahkan dan dikelola Pak Bos – sapaan Bos Jawa Pos Dahlan Iskan.

logo
Image via Wikipedia
Ketika Mitra Surabaya terdegradasi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada tahun 1999, klub ini dibeli pemilik Barito Putra dari Banjarmasin, yakni H. Sulaiman HB dan pindah markas ke ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Seperti yang ditulis Wikipedea, sejak itu Mitra Surabaya berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra (MKP).
Pada tahun 2001, Mitra Kalteng Putra degradasi ke Divisi Dua Liga Indonesia. Kesulitan keuangan yang dialami Mitra Kalteng Putra dalam menjalani roda kompetisi akhirnya membuat klub ini kembali pindah markas ke Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2003 dengan status dipinjamkan.
Mitra Kalteng Putra kemudian berganti nama lagi menjadi Mitra Kukar saat menjalani kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia musim 2003 hingga sukses menapak ke kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia pada musim 2004. Status Mitra Kukar secara resmi menjadi milik Kutai Kartanegara setelah klub ini dibeli dari H. Sulaiman HB dengan harga Rp. 1,5 miliar pada tahun 2005.
* * * *
Tapi itu dulu. Dulu, yang terjadi hanya perubahan nama, bukan “pembelahan” satu klub menjadi dua klub dengan nama dan status yang sama. Demam “pembelahan sel ala amuba” telah menjangkiti PSMS. Hasilnya, lahirlah PSMS kembar dengan status yang sama, sama-sama strata satunya. Yang satu di IPL, satunya lagi di ISL.
Begitu pula demam amuba yang menimpa Arema Indonesia, Persija Jakarta, dan terakhir Sriwijaya FC. Tapi bukan tidak mungkin demam amuba akan menyerang klub-klub lain. Termasuk GU.
Sikonnya memang memungkinkan karena kubu IPL agaknya tak rela jika muatannya tergerus tinggal 12 klub. Mudah-mudahan dugaan ini salah.
Tapi, betul atau tidak betulnya dugaan tersebut, kubu Gresik United dan PT Persegres Joko Samudro perlu waspada.
Di masa mengganasnya ‘demam amuba’ sekarang, seyogyanya Bos PT Persegres Joko Samudro taktis dan strategis dalam mengganti nama klub. Perlu atau tidak dilakukan sekarang, atau lebih baik jangan dulu, atau jangan sekalian.
SRIWIJAYA FC KEMBAR
Faktanya, demam amuba sedang menyerang planet sepak bola Indonesia. Kabar terakhir yang dirilis detikspor.com, Sriwijaya FC bakal Ikut IPL dan ISL (Jumat, 02/12/2011 23:38 WIB). 'Laskar Wong Kito' memilih mengikuti dua kompetisi yang ada saat ini, yakni IPL dan ISL.
Ini karena Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, beda pilihan dengan putranya Dodi Reza Alex. Sang ayah memilih ikut Indonesian Premier League (IPL). Sang putra, Presiden SFC, menegaskan jika klubnya tetap berada di Indonesian Super League (ISL).
Maka untuk menghindari konflik berkepanjangan di tubuh tim kebanggaan warga Palembang itu, diambil keputusan jika SFC akan mengikuti kedua kompetisi tersebut.
SFC yang ikut di IPL adalah tim yang berisikan sebagian besar pemain muda. Sementara SFC yang berisikan pemain-pemain bintang akan turun berlaga di ISL.
"SFC yang ikut ISL merupakan pemain Sriwijaya FC yang ada saat ini yakni Keith Kayamba Gumbs dkk. Sementara yang ikut IPL yakni para pemain Sriwijaya FC yang sebagian besar pemain muda, khususnya yang ada di Sumatera Selatan," ujar Direktur Keuangan SFC, Augie Bunyamin, mengutip pernyataan Dodi Reza.
"Jadi, ikutnya Sriwijaya FC ke IPL, merupakan ajang pembinaan terhadap para pemain muda, seperti halnya yang diinginkan PSSI dalam membina para pesepakbola muda di Indonesia,” lanjut Augie dalam jumpa pers di Hotel Swarna Dwipa, Palembang, Jumat (02/12/2011) malam WIB.
Lebih lanjut Augie menuturkan, untuk mendapatkan pemain SFC yang akan mengikuti IPL, manajemen menyeleksi pemain-pemain asal PS Palembang, PS Pusri, PS Banyuasin, Sriwijaya FC U-21 dan U-19.
Sementara itu SFC versi ISL baru saja mengontrak eks striker Timnas Indonesia yang dilahirkan dan dibesarkan di Palembang, Ilham Jaya Kesuma. Dia dipagari kontrak setahun.
BEREDAR ISU GU KEMBAR
Kalau manajemen Gresik United FC maunya sekarang juga mengganti nama klubnya jadi Persegres, bukan hal mustahil segera lahir klub baru di Gresik yang namanya Gresik United FC juga. Dan, GU yang anyar tersebut bakal berkiprah di Kompetisi IPL!
Pelatih kepala GU, Freddy Muli, sempat mengungkapkan ancaman ini kepada sportjatim.com sebelum terbang ke Wamena. “Pak Sambari (Halim Radianto, Bupati Gresik dan General Manager PT Persegres Joko Samudro) diminta untuk berhati-hati soal ganti nama. Ini pesan dari salah seorang petinggi sepak bola ,” ujarnya. Tak disebutkan siapa nama petinggi sepak bola itu.
Warning yang masuk akal. Kembaran PSMS Medan hanya memerlukan waktu tiga hari untuk langsung menjadi peserta Kompetisi IPL. Maka hal yang sama bisa terjadi di Gresik. Pihak yang ingin mendirikan klub kembaran GU mendapatkan alasan yang sangat kuat.
Kan yang ada sekarang bukan GU lagi, tapi klub Persegres. Jadi, tidak salah kalau ada pihak lain yang mendirikan klub baru dengan nama Gresik United. Apalagi sejak awal Ultras – para suporter fanatik GU – merasa keberatan bila nama klub Gresik United diganti dengan nama Persegres.
Pergantian nama saat ini harus dikalkulasikan positif-negatifnya secara cermat. Terutama sekali karena sekarang sepak bola Indonesia sedang dilanda demam amuba. Bahasa kerennya, social cost dan cultural cost-nya harus sangat diperhitungkan.
Kalau kami boleh menyarankan, lebih baik manajemen GU kini fokus saja membangun tim yang tangguh. Bukankah GU masih membutuhkan dua pemain andalan di lini depan dan belakang? Juga masih terlilit kendala ITC yang dialami James Koko Lomell – sama halnya dengan yang dialami oleh pemain-pemain asing Persebaya (IPL) dan Deltras (ISL). Ini karena adanya perubahan regulasi transfer yang tidak segera disosialisasikan dan di-back up oleh PSSI. Sekarang tiap pemain asing harus memiliki semacam “rapor” kariernya, nilai dan durasi kontraknya, dan rekening bank-nya. Lebih bagus dan jelas silsilah pemain asing bersangkutan.
Soal demam amuba akan kami tulis tersendiri, karena jika “virus” itu dibiarkan merajalela akan rusaklah tatanan sepak bola Indonesia.*

0 comments:

Post a Comment

 
Top