KEGELISAHAN sekitar 20 pelatih sepak bola professional Indonesia - berlisensi A AFC - mencapai puncaknya. Minggu (27/11-2011) mereka bertemu di Jakarta.
CaTaTan: Slamet Oerip Prihadi
Para pelatih papan atas Indonesia itu memprakarsai pembentukan atau berdirinya Asosiasi Pelatih Sepak Bola Profesional Indonesia (APSI). Sekaligus juga Asosiasi Pemain Sepak Bola Profesional Indonesia.
Dari Jatim (Jawa Timur) yang diundang antara lain Freddy Muli (pelatih Gresik United) dan Jaya Hartono. Kedua pelatih ini sangat mendukung rencana pembentukan asosiasi pelatih sepak bola Indonesia tersebut.
Di dalam pertemuan tersebut mereka akan membahas nasib pelatih dan pemain sepakbola di era sulit saat ini. Ketika klub-klub strata 1 (ISL/IPL) dan strata 2 (Divisi Utama) tidak boleh lagi menggunakan dana APBD (anggaran pembangunan dan belanja daerah), apa yang dilakukan oleh PSSI?
Sejauh ini, PSSI belum memberikan rasa aman dan solusi yang komprehensif untuk mempertahankan kehidupan klub-klub strata 1 dan 2. Yang terjadi malah klub-klub Indonesia digelontor pelatih-pelatih asing yang tak jelas silsilah dan track record-nya. Maka, mau tidak mau, banyak pelatih asli bangsa Indonesia yang menganggur!
Ada konsorsium, namun kehadiran konsorsium justru melibas kedaulatan tiap klub. Semuanya serba diatur dan ditentukan oleh satu penguasa (konsorsium). Semua kewenangan terkonsentrasi pada satu penguasa. Inilah kediktaturan sepak bola di Indonesia yang baru kali ini terjadi sepanjang sejarah sepak bola Nusantara.
Di era APBD dulu, kedaulatan setiap klub masih terjaga dengan baik, meskipun di sana-sini terjadi kebocoran dana, dan diwarnai dengan ulah mafia wasit. Tidak bakalan terjadi pilihan Ketua Umum Persema, Peni Suparto, kepada pelatih Subangkit dicoret begitu saja tanpa alasan yang rasional!
Yang pasti, Freddy menyatakan siap berangkat ke Jakarta Sabtu (26/11-2011). “Pertemuannya Minggu (27/11-2011). Ini pertemuan yang sangat penting bagi pelatih sepak bola Indonesia. Saya harus hadir,” kata Freddy usai melatih pemain-pemain Gresik United (GU) Rabu (23/11) malam.
Freddy Muli Geram
Dia sudah mendapatkan izin dari manajemen GU. “Seorang pimpinan teras PSSI yang sekarang pernah mengatakan, bahwa pelatih-pelatih Indonesia yang berlisensi A AFC diragukan kevalidannya. Maksudnya, kursus pelatih yang dipimpin instruktur AFC semasa Pak Nurdin Halid jadi Ketum PSSI, hanyalah rekayasa belaka. Jadi, lulusan kursus pelatih tersebut dinilai juga hasil rekayasa. Saya tersinggung berat dengan pernyataan oknum penguasa PSSI itu,” kata Freddy dengan nada tinggi.
“Apakah pantas pejabat teras PSSI berkata seperti itu. Dia mengerti sepak bola atau tidak? Paham AFC atau tidak!” lanjutnya.
Karena itu, dia menganggap sangat mutlak berdirinya Asosiasi Pelatih Sepak Bola Professional Indonesia. Dengan asosiasi tersebut, pelatih-pelatih lokal bisa memiliki hak suara di Kongres PSSI, dan melakukan perlawanan yang tegas terhadap setiap tindakan sewenang-wenang oknum pejabat PSSI.
“PSSI harus sadar, bahwa mereka seharusnya melayani klub-klub. Bukan sebaliknya, PSSI yang sekarang malah minta dilayani oleh klub-klub. Masak dalam menagers meeting klub-klub Divisi Utama yang dibicarakan malah soal saham. Soal bisnis yang tidak bersangkut paut dengan upaya meningkatkan kualitas kompetisi dan prestasi klub serta tim nasional Indonesia? Masak managers meeting suasananya mencekam. Dijaga puluhan bodyguard. Ke toilet dijaga bodyguard, waktunya makan pun diawasi bodyguard. Seperti menjaga teroris saja,. Seumur-umur baru kali ini managers meeting suasananya seseram itu ” tandas Freddy.
“PSSI itu singkatan dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, bukan Persatuan Sepak Bola Konsorsium. Tanpa adanya klub-klub mulai level terbawah sampai terpuncak, PSSI tidak ada apa-apanya.” *

0 comments:

Post a Comment

 
Top