ULTRAS GRESIK - Ramadhan bulan yang istimewa bagi umat Muslim. Di bulan suci itu, umat Muslim seolah berlomba meningkatkan amal ibadah, tidak terkecuali beberapa pemain Gresik United

Kebetulan Gresik menyandang julukan Kota Santri. Sebutan tersebut tidak lepas dari sejarah Gresik yang banyak dihuni tokoh agama Islam di masa lalu. Hingga kini, pengaruh itu masih terasa dalam sendisendi kehidupan Gresik.

Syekh Maulana Ibrahim serta Sunan Giri, dua orang anggota Walisongo, juga dimakamkan di kota yang disebut juga sebagai Kota Pudak ini. Bahkan, nama Sunan Giri yang berjulukan Jaka Samudera menjadi inspirasi bagi klub Gresik United. Julukan GU sama persis seperti sebutan Sunan Giri, yakni Jaka Samudera.

Begitu berpengaruhnya kedua tokoh Walisongo itu membuat makam keduanya selalu dibanjiri peziarah setiap bulan Ramadhan. Tradisi itu terjaga baik hingga sekarang.

Tidak heran jika David Faristian dan Wismoyo Widhistio, yang kediamannya tidak jauh dari kompleks pemakaman Syekh Maulana Malik Ibrahim, menyempatkan diri membaca Yasin dan Tahlil.

Penyerang muda GU, Ryan Maylandu, lebih memilih berziarah ke makam Sunan Giri. Ryan, juga merupakan putra daerah Gresik, mengaku punya tradisi berziarah ke makam Sunan Giri minimal setahun sekali.

“Biasanya saya dan keluarga ke sini ketika Khaul Sunan Giri dan bulan Ramadhan. Kebiasaan ini seperti bentuk penghormatan saya kepada Sunan Giri,” ucapnya.

Berbagai Aktivitas Longgarnya jadwal latihan di bulan Ramadhan memungkinkan bagi David, Wismoyo, dan Ryan untuk berziarah. Selama Ramadhan, punggawa GU hanya melakukan latihan pada sore hari. Khusus Selasa dan Jumat, mereka berlatih pada malam hari.

Longgarnya waktu latihan ikut membuat beberapa pemain lain asal Gresik memanfaatkan waktu senggang bersama keluarga.

Dedi Indra mengaku menyempatkan waktu khusus dengan istri dan anak pada Selasa, Jumat, Sabtu, dan Minggu sore untuk sekadar ngabuburit berkeliling kota sambil mencari makanan dan minuman ringan untuk berbuka.

“Sabtu dan Minggu libur latihan, sedang Selasa dan Jumat kami latihan malam. Jadi, pada hari itu saya bisa jalanjalan sore bersama istri dan anak,” ujar Dedi.

Buat Khoirul Munif, longgarnya waktu selama Ramadhan jadi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan memasak. Khoirul memilih belajar memasak dengan sang istri, Nani Fidiya, yang berasal dari Sulawesi.

“Kalau hari-hari biasa, saya memang tidak suka memasak. Tapi, herannya setiap kali Ramadhan saya selalu punya hasrat memasak. Hal ini seperti hiburan yang menyenangkan,” kata pemain asal Desa Pandu, Cerme, Gresik, itu.

Khabib Syukron punya cara lain mengisi Ramadhan ini. Khabib, yang memiliki usaha keluarga di Pasar Kepatihan, Menganti, Gresik, rajin membantu ibunda serta kakak perempuan berjualan kue kering. Seperti biasa, menjelang lebaran tokonya ramai dikunjungi pelanggan.

“Usaha ini dimulai ibu sejak saya masih kelas dua SD. Dari sini, keluarga kami mendapatkan rezeki yang barokah hingga ibu saya mampu membesarkan anak-anaknya,” kata Khabib.

Sumber : bolanews.com

0 comments:

Post a Comment

 
Top